Minggu, 28 Januari 2024

6 Jenis Atheis yang Ada di Dunia dan Cara Berpikirnya!

 



Link Referensi 1

Kepercayaan merupakan salah satu hal yang banyak dianut oleh sebagian orang di muka bumi. Dengan adanya kepercayaan, seseorang bisa menaruh harapan pada sesuatu. Entah itu sosok atau zat tertentu yang mereka percaya sebagai ada. Ada banyak sekali kepercayaan yang bisa dianut namun di Indonesia hanya ada enam yang baru diakui.

Akan tetapi bagaimana jika tidak memiliki kepercayaan pada Tuhan atau agama? Biasanya orang memanggilnya dengan sebutan Atheis. Yang satu ini tentu bertentangan dengan nilai dalam sila pertama Pancasila yang berbunyi: “Ketuhanan yang Maha Esa.” Selain itu, keberadaan Atheis juga dianggap ilegal di Indonesia. Secara administratif, Atheis tidak diakui.

Kita tidak akan membicarakan mengenai hukum itu, akan tetapi menariknya ternyata ada jenis-jenis Atheis di dunia ini. Hal ini dikemukakan oleh Chirstopher F. Silver dan Thomas J. Coleman. Dua orang calon doktor yang menulis mengenai 6 jenis Atheis di dunia dalam disertasinya.

Lantas apa sajakah jenis-jenis Atheis di dunia? Berikut adalah daftar jenis-jenis Atheis yang ada di dunia!



1. Atheis Intelektual

Atheis jenis ini adalah jenis atheis yang selalu mengisi kepalanya dengan logika dan hal-hal bersifat ilmiah untuk menjelaskan segala hal yang terjadi di dunia. Ia akan terus belajar dan mencari tahu, mengedukasi dirinya tentang alam semesta.

Atheis jenis ini bisa sangat anti dengan penjelasan-penjelasan yang berbau magic dan gaib.

2. Atheis Aktivis

Yang satu ini adalah atheis yang sangat aktif dalam menyuarakan isu-isu sosial di masyarakat. Ia selalu menjadi relawan dalam menegakkan ketidakadilan sosial yang ada di dunia. Athies jenis ini sangat aktif dalam komunitas dan organisasi.

Orang dengan atheis jenis ini akan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan ketimbang ketuhanan.


Sumber Gambar

3. Seeker Agnostic

Menurut Christoper dan Thomas, agnostik jenis ini adalah “atheis paling bahagia” yang ada di bumi. Dia tidak mempercayai agama apapun tapi tetap terbuka dengan semua ajaran dan pendapat-pendapat gama yang masuk kepadanya.

Meski tidak menganut satu agama pun, atheis jenis ini percaya bahwa agama selalu mengajarkan hal baik.

4. Anti-Theist

Nah ini yang agak bahaya, GanSis. Hati-hati dengan jenis ini karena yang satu ini sangat agresif dan keras kepala. Ia menganggap bahwa semua ajaran dan kepercayaan di bumi ini adalah sumber masalah dan harus dihapuskan. Ia cenderung tidak toleran dan bersikap kasar.

Sayangnya meski menganggap kepercayaan sebagai masalah, malah kadang dia yang menyebabkan masalah.


Sumber Gambar

5. Non-Theist

Nah yang satu ini masih lebih baik dari yang nomor 4. Di mana seorang Non-Theist adalah orang yang masa bodo dengan semua kepercayaan. Mereka sangat pasif dan tidak peduli dengan gagasan agama mana pun. Bahkan tak peduli dengan gagasan atheis itu sendiri.

Bagi orang seperti ini, tidak ada atau adanya Tuhan bukanlah urusannya. Yang terpenting adalah dia tidak dalam masalah.

6. Ritual Atheist

Yang ini agak membingungkan. Kalau TS boleh beropini, mungkin mereka ini orang yang mengangap agama hanyalah budaya. Yang terpenting adalah ritualnya, bukan kepercayaannya. Mereka tidak peduli dengan keberadaan Tuhan tapi masih ikut dengan perayaan agama.

Mereka masih ikut Natal, Lebaran dan masih banyak lagi karena menganggapnya sebagai budaya.


Sumber Gambar

Ya, itulah tadi jenis-jenis Atheist yang ada di dunia. Menurut Christopher dan Thomas, jenis Atheis yang paling banyak di dunia adalah Atheis intelektual. Di mana banyak orang yang memang menjadi atheis dengan jalur ilmu pengetahuan. Dari fakta ini, kita belajar bahwa Atheis tidak melulu soal penentang atau pemberontak dalam agama. Beberapa dari mereka hanya ingin ketenangan.

 

 

Beberapa Kesalahpahaman Awam Tentang Atheis

 

 


Apa itu Atheis? Atheis diambil dari kata yunani Atheos, yang berarti Tidak bertuhan. Secara bahasa Atheis adalah A = - (tidak) dan Theis/Theos = Tuhan.

Atheisme sendiri secara general adalah sebuah pandangan filosofis yang tidak mempercayai keberadaan tuhan ataupun dewa dewi.

Lebih lanjut, atheisme juga tidak mempercayai kehadiran supranatural dan segala hal dengan intervensi kegaiban.


Pernahkah anda berfikir, bahwa tempat dimana anda dilahirkan kemungkinan anda akan beragama sama dengan lingkungan anda.?
Atau pernahkah anda berfikir bahwa, jika anda tidak dilahirkan dari orang tua anda yang sekarang apakah anda tetap beragama seperti yang anda anut sekarang?
Ya faktanya sekitar 90% manusia lahir dan dibesarkan dari lingkungan yang memeluk agama sama dengan yang dipeluk saat dewasa.

Jika anda lahir dari orang tua suku pedalaman papua dan tinggal disana, saya yakin anda akan 100% mengikuti kepercayaan leluhur atau adat istiadat anda.
Jika anda lahir dari orang tua mesir kuno dan hidup sezaman dengan firaun pertama, saya yakin anda akan 100% mengikuti kepercayaan mesir kuno atau bahkan percaya bahwa firaun adalah tuhan.
Begitupun jika anda lahir di India, Arab saudi, China, Italia, atau mungkin terlahir di lingkungan suku maori yang terpencil.

Suka atau tidak, sejatinya, Kita semua terlahir sebagai Atheis, Hingga lingkungan mendoktrin kita tentang tuhan dan agama.

Berdasarkan pengalaman saya, banyak orang orang atheis yang masih menyembunyikan identitas mereka. Maksudnya adalah mereka tetap berpura pura bertuhan/beragama agar bisa diterima di lingkungan.

Hal ini karena masyarakat indonesia masih memandang negatif Atheis. Bahkan lebih jauh pandangan negatif ini sampai menimbulkan tindakan persekusi. Negara kita indonesia memang negara majemuk, negara multi etnis, negara dengan macam macam agama dan kepercayaan. Tapi, seringkali justru perbedaan ini lah yang membuat kita pecah.

Doktrin bahwa ateis adalah jahat, sesat, tidak bermoral, pendukung komunis dll sudah melekat kuat. Maka dari itu, saya ingin membantu meluruskan pandangan keliru diatas.


Atheis itu agama/kepercayaan:


Kenapa saya menempatkan poin ini di yang paling pertama? Sebab poin ini merupakan poin yang banyak orang salah kaprah.
Saya pernah bertanya pada seseorang, "Ateis itu apa sih?" And you know what?? Mereka bilang "Atheis itu agama yang ga percaya tuhan".
Entah mereka belajar darimana atau dapat penyataan seperti ini dari mana. Bagaimana bisa ateis disebut sebagai agama yang gak percaya tuhan. Berdasarkan definisi masing masing aja, udah jelas terlihat errornya.

Apa yang disembah oleh atheis?


Naah poin ini juga berkaitan dengan yang pertama, sebab masih banyak orang yang menganggap bahwa atheis itu menyembah sesuatu. Sebenarnya, ini merupakan pertanyaan salah. Sebab sudah tidak sesuai definisi subjek nya. Jika atheis menyembah lalu bagaimana dengan theis yg tidak menyembah tuhan lain nya? dan kenapa harus memaksakan bahwa setiap manusia pasti menyembah? Hanya karna kamu menyembah sesuatu, kamu gak bisa memaksakan orang lain untuk harus menyembah sesuatu bahkan mereka yang memilih untuk tidak menyembah sama sekali.

Atheis tidak sesuai dengan pancasila

Nah masih banyak yang gagal paham soal pancasila terlebih sila pertama yg berbunyi, "Ketuhanan yang maha esa". Seharusnya, pahami dahulu bagaimana perumusan pancasila ini. Sejarah awalnya bagaimana, dan konteks ketuhanan yg dimaksud itu apa. Lalu arti ESA dalam kalimat tersebut itu maksudnya apa.
Singkatnya, esa dalam pancasila sila pertama bukan lah merujuk pada definisi bilangan yang berarti 1. Melainkan Esa adalah sifat tuhan dengan segala Maha nya. Esa berasal dari bahasa sansekerta yaitu estad atau isa yang berarti mutlak dan maha kuasa yg menunjukkan sifat bukan jumlah / bilangan, nah kalau jumlah itu ika atau eka seperti pada bhinneka tunggal ika yang artinya satu atau tunggal. Definisi Esa sebagai bilangan 1 ini adalah kbbi terbitan pemerintahan Orde Baru.

Padahal, definisi kata Esa dalam pancasila mengambil dari bahasa sansekerta bukan dari kbbi. Jika yang dimaksud tuhan dengan bilangan maksudnya 1 tuhan, maka seharusnya yang dipakai adalah Eka bukannya Esa.

Komunis itu Ateis


Entahlah siapa yang memulai propoganda menyudutkan seperti ini. Masyarakat indonesia ketika berbicara tentang komunis atau Pki selalu disangkutpautkan dengan atheis. Padahal secara definitif saja sudah berbeda.

Silahkan dilihat kembali definisi atheis diatas, Atheis adalah ketidakpercayaan terhadap keberadaan tuhan dan intervensi gaib lainnya.
Sedangkan komunisme singkatnya adalah sistem ideologi politik. Maka dari itu, atheis dan komunis adalah 2 hal yang berbeda.

Jika hanya berdasarkan pemimpin komunis yang atheis macam Stalin maka sudah pasti salah. sebab banyak tokoh komunisme yang justru taat beragama. Bahkan di indonesia sendiri, tokoh komunisme kebanyakan (hampir semuanya) adalah orang beragama.

Lalu tidak semua atheis mendukung ideologi komunisme. banyak juga yang justru membenci komunisme tentunya dengan berbagai alasan masing masing.

Atheis itu tidak bermoral:


Bicara moral, menarik memang karena sebagian orang masih berasumsi bahwa moral dibentuk / diajarkan oleh agama. Kenyataan nya, Landasan moral dapat berasal dari mana saja. Tidak perlu agama untuk sekedar mengetahui bahwa membunuh dan merampok itu tidak baik. Moral manusia ini berkaitan dengan hubungan sesama manusia. Dan pada akhirnya manusia berpegang pada prinsip humanisme.

Dalam konteks humanisme ada istilah golden rule yang kurang lebih berbunyi : “Perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan.
Kalau ini diberlakukan dan bisa dipahami, saya yakin tidak akan ada pembunuhan, perampokan, bahkan bom bunuh diri yang melukai banyak orang.

Jadi saya rasa, tidak perlu agama dan tuhan untuk tahu apa arti moral.  

 

Atheis itu orang jahat,tidak percaya dosa dan bebas melakukan apapun 

Jika kejahatan di identikan dengan atheis, maka itu sebuah kesalahan besar. Banyak juga orang beragama yang melakukan kejahatan. Beberapa bahkan melakukan kejahatan atas nama tuhan. Demi membela apa yang dirasa benar berdasarkan kepercayaannya. Nah saya belum pernah dengar seorang atheis melakukan tindakan kejahatan atas dasar posisi ketidakpercayaan nya terhadap tuhan sebagai alasan untuk berbuat jahat. Bahkan lebih jauh, tidak ada Atheis yang menyatakan perang demi membela atheis lainnya.emoticon-Malu (S)

Dan untuk pernyataan bebas melakukan apapun, saya rasa semua sepakat bahwa sesungguhnya manusia terikat dengan hukum adat istiadat juga hukum negara. Walaupun saya atheis, bukan berarti saya bebas membunuh, korupsi, merampok hanya karena saya tidak percaya dosa dan neraka. Tapi alasan terkuat karena saya memang tidak ingin melakukannya terlebih dengan Golden rule diatas lalu juga dengan adanya hukum adat istiadat dan negara.

So, pantaskah sebuah kejahatan di identikan dengan posisi personal kepercayaan terhadap tuhan? Silahkan renungi.


KONTROVERSI PAHAM ATHEISME KARL MAX

 

KONTROVERSI PAHAM ATHEISME KARL MAX
KONTROVERSI PAHAM ATHEISME

KONTROVERSI PAHAM ATHEISME KARL MAX

ILMU CORO Bagi orang orang yang berkenyakinan atau percaya adanya kebertuhanan dalam hidup di dunia ini, adanya paham atheisme sangat bertentangan atau kontroversi dengan mereka karena tidak sejalan atau searah tentang pola pikir serta sudut pandang, sisi pandang dan cara pandang dalam hidup mereka. Dengan adanya perbedaan tersebut tidak sedikit dari mereka orang orang yang nota bene intelek dari kalangan manusia yang bertuhan mau mengkaji dan membahasnya di muka umum dengan berbagai sebab dan alasan. memang mengenai membahas atau mengkaji adanya paham atheisme terlebih di muka umum sangatlah besar konsokuensi atau tanggung jawab yang nantinya di tanggung terutama terhadap tingkat keimanan seseorang karena dapat menggoyahkan iman untuk seseorang yang belum mampu untuk menerima atau menampung adanya paham atheisme tersebut. Mengenai paham atheisme memang merupakan paham yang apabila di kaji atau di pahami yang rentan atau sangat mudah menyebabkan dengan segala sesuatu di dalam memporak porandakan, membuat bingung atau merapuhkahkan tingkat keimanan seseorang terlebih untuk seseorang yang masih labil belum stabil kekuatan imanya. padahal tanpa mengenal atau mengetahui tentang paham atheisme tingkat keimanan seseorang untuk saat sekarang ini sudah sangat rapuh dengan segala kondisi keadaan hidup yang berliku liku atau beragam yang menuntut kekuatan keimanan seseorang.
Mengenai paham atheisme sebenarnya memiliki cabang cabang atau sekte yang beragam atau bermacam macam seperti di antaranya atheis, agnostik dan theodisi. selain itu juga di dalam atheis juga memiliki banyak sekali istilah yang memiliki kemiripan makna seperti halnya atheis antaranya seperti :

- atheism tidak percaya tuhan,

- nontheism tidak percaya tidak ada istilah tuhan,

- antitheism anti tuhan dan cenderung provokator menyerang terhadap paham kebertuhanan dan selalu berkerja sama dengan atheis yang kuat dalam mendoktrin terhadap paham berketuhanan.

- Apatheism( partical atheism ) merupakan paham tidak percaya tuhan bersifat pragmatis sebagai contoh pada manusia mengaku percayaan pada ALLAH SWT akan tetapi melakukan seperti maling, atau korupsi melakukan menjadi laranganya.

- agnosticism, paham yang mirip dengan antitheism akan tatapi bersifat kearah ke sesuatu yang tidak percaya terhadap adanya dengan akal mengerti tuhan atau bersifat stagtis nggak mungkinlah orang bisa nyembah tuhan padahal tuhan hanya persepsimu sendiri.

- ignosticism ( non cognitivetheoligy ), paham yang menyakini bahwa semua yang di omongin oleh agama tentang tuhan merupakan sesuatu yang tidak berguna.

- antireligion, merupakan paham orang yang beragama tanpa tuhan atau tidak suka terhadap agama yang formal karena di anggap terlalu mencampuri urusan dalam hidupnya. padahal kondisi zaman berubah berubah sesuai keadaan atau dinamis.

- irreligion, paham menganggap agama tidak berguna atau tidak memberikan manfaat

- non believer paham yang percaya atau tidak beriman terhadap tuhan bersifat theologis

- secular humanism. atau sekuler humanis yaitu gabungan antara sekuler memisahkan urusan dunia dan urusan agama akibatnya apabila terus di biarkan akhirnya sampai ke paham atheisme. seperti contoh kita mengingat tuhan pas kita sedang butuh entah saat sakit, saat ujian atau saat susah.

Dan untuk paham atheisme sendiri secara akademis memiliki 2 jenis di dalamnya yakni :

A. Atheisme berjenis negatif atau negatif atheist atau weak / implicit atheism. garis besarnya tidak percaya.

B. Atheisme berjenis positif atau posutive atheist / strong atheist / explicit atheist. garis besarnya tapi memiliki bukti.

Selain itu didalam atheisme kalau di kembang lagi terbagi menjadi 2 macam yaitu :

1. Atheisme theoritis.

atheisme yang berupa argumen argumen sebagai bukti untuk menjelaskan. adapun untuk argumen atau theori yang sering di gunakan adalah :

a. argumen episthemologis

- argumen dari orang orang atheisme yang mengedapankan imangnensi sujek dan cenderung mengedepankan akal maksudnya hanya sebatas yang terjangkau terbatas dengan pikiran terhadap lingkungan atau sekitarnya termasuk juga tentang tuhan menurut mereka tuhan yang disembah oleh manusia bertuhan kok berbeda masa tuhan yang di sembah kok berbeda beda dan tidak jelas riilnya.

- adanya sebuah theori dari imanuel khan yang berasumsi bahwa antara berpikir filsafat tidak pernah sinkron atau bersatu akan selalu berbeda dengan berpikir bertuhanan atau agama. menurut dia mengenai tuhan atau agam adalah sesuatu yang tidak bisa di pahami atau di akses oleh akal manusia sehingga tidak harus di sembah atau dimintai pertolongan keselamatan hidup di dunia serta di akhirat.

- Skeptisisme dari david hume dikenal theologi natural lebih condong terhadap empirisisme yaitu tidak mempercayai terhadap sesuatu yang tidak dapat di akses secara empiris dan menurut dia kalau ada sesuatu yang tidak dapat di akses secara empiris kok di percaya hal tersebut merupakan permainan akal, atau adanya permainan manusia.

- argumenya orang atheis yaitu theori ignotisisme bagi mereka semua tentang istilah istilah mengenai tuhan tidak bisa di jelaskan seperti tuhan maha bijaksana, maha baik atau maha kaya padahal untuk yang baik 100 % aja sudah sangat mulya lah kok ini maha berarti lebih segala sehingga dengan adanya ini sangat sulit sekali di jelaskan dan untuk di pahaminya setiap orang berbeda beda sesuai kapasitas masing masing.

b. Argumen metafisik orang orang atheis

- orang orang atheis pada umumnya memiliki berpikir matiralis sehingga membuatnya lebih mengacu terhadap realisme monistik atau menurut mereka semua yang terdapat di alam semesta ini bersifat materalistik sehingga semua yang diluar materi mereka menganggapnya tidak hakiki termasuk hal hal yang di omongkan oleh orang orang yang bertuhan atau agama.

- orang orang atheis juga menganggap adanya tuhan, setan, malaikat atau jin merupakan sesuatu yang tidak dapat di akses dengan materi dan sesuatu yang yang tidak dapat di akses dengan materi adalah ulah atau manipulasi manusia.

c. Argumen koherensi orang orang atheis.

- Mengenai argumen koherensi orang orang atheis yang mereka kritik adalah mengenai konsistensi tuhan dan sifat sifatnya menurut mereka orang orang bertuhan dalam menjelaskan tentang tuhan menurut mereka kontradiksi sebagai contoh tuhan itu maha kasih sayang akan tetapi juga maha penyiksa dan itu menunjukan ketidak konsukwensianya.

- teodisi yaitu menurut orang orang atheis mengkritik terhadap adanya tuhan masih mengenai maha pengasih nya tuhan mengapa kok di dunia ini terjadi bencana yang dialami dan malah bencana tersebut sering kali terjadi di tempat tempat yang di diami oleh orang orang baik dan alim.

d. Argumen antroposentris.

theori ini menitik beratkan terhadap manusia dan menurut mereka kuncinya pada manusia sebenarnya bukan tuhan dan itu terletak pada manusianya kalau tidak menjadikan tuhan sebagai sesembahan pasti tidak menjadi tuhan dan kuncinya berarti pada manusia. sebagai buktinya orang sangat mudah untuk gonta ganti tuhan hal itu menunjukan kunci pokoknya pada manusianya. dengan begitu dengan yang menjadi aktor pokok atau menjadi penentu manusia sehingga manusia tidak perlu bersandar terhadap tuhan karena aktor utamanya.

d. theorinya dari richard dawkin dan merupakan atheis kontenporer saat ini serta banyak di bahas yaitu mengenai pembagian kebertuhanan pada manusia meliputi :

- strong theis orang yang percaya tuhan yang 100%.

- Agnostic tingkat kepercayaan tuhan di atas 50%.

- impersial agnotic kepercayaan adanya tuhan hanya 50%.

- Strong agnostic kepercayaan adanya tuhan di bawah 50%.

- Atheis yaitu tidak percaya adanya tuhan di atas 0%.

- Strong atheis benar benar tidak percaya adanya tuhan.

2. Atheisme praktis.

pada jenis atheisme praktis biasanya berupa apatheisme sebagai contoh adalah manusia yang dalam hidupnya tanpa adanya tuhan serta tidak mempercayai sesuatu yang bersifat supranatural dan hanya percaya terhadap sesuatu yang dapat di buktikan dengan akal serta bersifat material.

Dan selanjutnya untuk menambah wawasan mengenai paham atheisme adalah terdapat 5 tokoh yang disebut pembunuh tuhan atau pelopor yang membuat orang berpaham atheisme

a. feurbach.

merupakan inspirator atau bapak atheisme modern dan menurut dia adanya anggapan bahwa manusia buah pikirannya tuhan adalah kebalik justru tuhan merupakan buah pikiran manusia. hal ini di karenakan manusia mempunyai karakter dalam menghasilkan sesuatu adalah merupakam yang terbaik dan sempurna, pasa saat menulis pasti harapanya pengin terbaik tulisanya meskipun terkadang jelek dan itu mencakup semua hal termasuk juga pada saat berpikir juga penginya yang paling baik, paling bijak dan seterusnya dan dari berpikir yang serba paling lama lama akan membuat atau menjelma menjadi sosok menjadi sebuah gambar tentang tuhan dan terus berkembang sampai ke titik rasa takut rasa khawatir terhadap jelmaan sosok tuhan tersebut sehingga sampai di sembah atau diagung agungkan. padahal sebenarnya itu tidak ada hanya hasil pikiran manusia dan bahkan menjebak dirinya sampai kehilangan jati diri manusia tersebut.

b. marx. merupakan penyempurna dari theori feurbach dengan adanya anggapan bahwa ngapain si manusia berpikiran atau memproyeksikan tentang tuhan dan alasan tersebut belum di bahas atau ditemukan olen feurbach sehingga oleh marx di katakan alasan manusia berpikir tentang tuhan karena manusia dalam hidupnya tidak bisa mewujudkan keinginananya, tidal bisa kreatifitas, dan cita citanya tidak tercapai sehingga dari adanya semua yang tidak tercapai atau terwujud munculah gagasan atau ide berpikir tentang tuhan sebagai akibat dari realitas kehidupan yang diskriminatif serta adanya tuhan atau agama jadi pelarian dengan harapan surga di akhirat walaupun di dunia hidup susah, hidup gagal dan sebagainya. dan dari keadaan yang seperti ini menurut marx munculah permainan atau dari penguasa atau kelas borjois dengan biarkan mereka seperti itu bila perlu nanti kita sewakan para orang alim atau kyiai sekalian biar mereka orientasi hidupnya selalu terhadap akhirat sehingga di dunia mereka mengabaikanya endingnya yang berkuasa tetap berkuasa sedang yang dibawah tetap di bawah tidak ada roda berputar dan lama kelamaan dengan keadaan tersebut membuat adanya tuhan atau agama menjadi kontrol sosial yang di pegang oleh penguasa. sehingga muncul theory marx yaitu religion is the apiate of the masses atau adanya agama adalah merupakan candu masyarakat yang membuatnya terlena dan tertindas dengan tidak di sadari akibat berpikir tentang tuhan.

c. Nietzsche merupakan theori yang lebih ekstrim atau keras lagi adalah adanya anggapan dari dia jika manusia ingin eksist ingin bebas hidupnya jalanya adalah dengan membunuh tuhan oleh kita karena kita juga yang telah menciptakan tuhan maka kita pula yang membunuhnya serta menurut dia agama atau tuhan akan membuat kita pengecut, bikin kita lari dari kenyataan atau bikin kita tertindas atau selalu lari serta mengkambing hitamkan tuhan maka agar kita tangguh, kita tidak cengeng atau lainya sehingga agar kita bebas kita kuat dan tangguh harus dengan membunuh tuhan.

d. freud theori yang menekankan lebih ke kondisi kejiwaan manusia sehingga menurut freud adanya

- penyakit jiwa pada manusia atau neurosis kolektif sebagai contoh adanya sebuah ayat dari ALLAH SWT mengenai larangan manusia untuk zina sebenarnya maksudnya ayatnya baik akan tetapi di balik larangan ayat tersebut terdapat ancaman yang luar biasa di akhirat nantinya selain itu adanya ancaman tersebut yang menghantui dalam hidup kita itu yang dinamakan neurosis kolektif atau ketakutan yang luar biasa dalam hidup. adanya itu semuanya sumbernya dari pembatinan aturan atau norma di sekelilingnya atau dari orang tua serta bersifat egois.

- ilusi ifantil adalah ilusi seperti yang dimiliki pada anak kecil adapun untuk adanya pehamanan atau kenyakinan agar pengin selamat hidupnya harus beragama atau bertuhan dan sebenarnya menurut freud yang menjadi kuncinya adalah sebuah keinginan pengin bukan bahagia bukan agama atau tuhan karena keinginan atau kepenginan pada diri kita biasanya apapun harus kesampaian walaupun dari keinginan tersebut bersifat yang jelas nyata atau sebaliknya termasuk terhadap agama apakah benar benar menyelamatkan atau tidak yang terpenting tercapai keinginan hal itu menurut freud seperti anak kecil yang sebagai contohnya pada saat anak kecil pas lagi kepengin pipis, pasti apapun caranya akan dia lakukan demi tercapai keinginan pipisnya. dan ini sebut ilusi ifantil atau suatu keinginan dengan keegoisanya dengan anggapan yang meskipun itu bersifat rasional maupun tidak rasional pasti akan di pertahankan. ini disebut sindrom anak anak dan menurut freud agama atau tuhan termasuk di dalamnya atau bagian tersebut.

e. Sartre adalah merupakan aktor pembunuh tuhan no satu demi manusia menurut dia kalau manusia pengin bebas harus tidak ada tuhan namun kalau masih ada tuhan manusia tidak akan bebas serta kalau manusia masih percaya tuhan berarti bukan manusia melainkan benda.

Berikutnya untuk sekarang ini suatu paham dari atheisme yaitu new atheism.

Mengenai titik awal adanya manusia mulai benci terhadap agama atau tuhan adalah adanya perang salib namun secara umum mulai berkembangnya paham ini sekitar tahun 911 sampai sekarang adapun tokoh tokoh yang terkenal adalah :

a. Richard dawkins. bukunya god delusions.

b. Daniel dennet. bukunya breaking the spell.

c. cristropher hitchen. bukunya got is not great.

d. sam harris bukunya the end of faith.

adapun tokoh yang sangat keras dalam mengkritik terhadap tokoh atau buku buku diatas adalah :

- Anthoni jae gould bukunya rock of aghes.

IMPLEMENTASI LITERASI DATA TEKNOLOGI DAN MANUSIA Di SEKOLAH DASAR



Pendidikan di semua Negara saat ini tengah memasuki era revolusi industry 4.0 atau era abad 21. Revolusi industry 4.0 yaitu era dimana dimana dunia industry digital telah menjadi suatu paradigm dan acuan dalam tatanan kehidupan masa kini. Era revolusi industry bisa menjadi salah satu pemantik bagi peningkatan kualitas pendidikan dinegara manapun tak terkecuali Negara Indonesia. Pada abad ke 21 ini teknologi komunikasi dan informasi adalah salah satu aspek yang tidak dapat dihindari oleh manusia. Teknologi komunikasi dan informasi sangat berpengaruh bagi kehidupan dari segala aspek kehidupan manusia baik dari segi ekonomi, komunikasi sosial, politik bahkan sampai pada dunia pendidikan.

Pengaplikasian   teknologi   informasi   dan   komunikasi   ke   dalam   pendidikan   dan   proses pembelajaran yakni sebagai salah satu bentuk inovasi dalam dunia pendidikan. Inovasi dilakukan bertujuan  untuk  mengimbangi  dan  mengikuti  perkembangan  zaman di era revolusi industry 4.0(Gazali & Pransisca, 2021). Teknologi   informasi   dan   komunikasi  pastinya tidak lepas dari literasi. Untuk menghadapi revolusi industri 4.0 atau era disrupsi diperlukan “literasi baru” selain literasi lama. Satuan  Pendidikan  menghadapi  revolusi  industry  4.0  sebagai  tantangan  dan  peluang karena harus menyesuaikan dengan berbagai perubahan , agar siap dan mampu melayani peserta didik  yang  dijuluki  generasi  milenial  baik  dari  segi  pedagogi,  digital skills,  literasi  dasar,  literasi teknologi, penguatan Pendidikan karakter dan kecakapan hidup yang harus dimiliki. 

Implementasi Literasi Data, Teknologi dan Manusia di Sekolah Dasar

Usia sekolah dasar merupakan usia yang masih mudah untuk merekam pembelajaran ataupun mencerna apa yang dilihat dan dipelajari. Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, tentunya hal tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung akan menjadi tantangan tersendiri bagi para siswa. Kemampuan literasi membaca sangatlah    dibutuhkan para siswa seiring dengan perkembangan informasi dan teknologi di masa sekarang ini. Perkembangan teknologi informasi di era digitalisasi ini sangat membantu para siswa untuk lebih mudah membaca dan dengan banyak membaca teknologi dapat dijadikan siswa maupun masyarakat sebagai sumber informasi.

Salah satu program yang dicanangkan oleh pemerintah untuk memaksimalkan implementasi literasi di sekolah dasar yaitu  mengintegrasikan literasi dengan kurikulum pembelajaran melalui program Gerakan Literasi Sekolah (GLS).Gerakan Literasi Sekolah dikembangkan berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut adalah sebuah upaya untuk menumbuhkan budi pekerti anak.

Salah satu cara menaikkan indeks literasi suatu bangsa adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran yang membiasakan anak-anak Indonesia punya kebiasaan membaca dan menulis dan sebagai suatu gerakan kebangsaan, pembiasaan ini haruslah dimulai dari jenjang Sekolah Dasar.Pembiasaan literasi bisanya dilakukan 15 menit sebelum memulai kegiatan pembelajaran. Membaca juga tidak hanya menggunakan buku namun dapat memanfaatkan teknologi internet atau teknologi informasi untuk lebih mendapat banyak informasi. Melalui pembiasaan membaca buku-buku naratif dan meringkas (kembali) narasi bacaannya, anak sekolah dasar dan anak-anak seusia sekolah dasar akan mendapat informasi dari apa yang mereka baca. (Sdit et al., 2021).

Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwaliterasi data teknologi dan manusia sangat penting di era revolusi industry 4.0. Revolusi industry 4.0 yaitu era dimana dimana dunia industry digital telah menjadi suatu paradigma dan acuan dalam tatanan kehidupan masa kini. Era revolusi industry bisa menjadi salah satu pemantik bagi peningkatan kualitas pendidikan dinegara manapun tak terkecuali Negara Indonesia.

Pengimplementasian literasi di sekolah dasar yaitu dengan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang dicanangkan oleh pemerintah. Cara untuk menaikkan indeks literasi bangsa yaitu dengan melakukan pembiasaan membaca. Pembiasaan literasi dilakukan 15 menit sebelum memulai kegiatan pembelajaran. Membaca juga tidak hanya menggunakan buku namun dapat memanfaatkan teknologi internet atau teknologi informasi untuk lebih mendapat banyak informasi. Pemanfaatan teknologi secara baik, akan membawa dampak yang baik pula untuk masyarakat maupun siswa-siswi Sekolah Dasar.

 

 

Referensi

Gazali, M., & Pransisca, M. A. (2021). Dan Komunikasi Bagi Guru Madrasah Ibtidaiyah Dalam. 2(1), 72–79.
Sdit, D., Yaqin, N., Susanti, D. I., & Prameswari, J. Y. (2021). Prosiding Seminar Nasional Sains Implementasi Kebijakan Gerakan Literasi Sekolah ( GLS ). 2(1), 264–273.

Vitalnya Literasi Media Ditengah Arus Informasi di Dunia Maya

 

DI era digital, arus informasi melalui berbagai media sosial dan konvensional menyesaki ruang publik dengan berbagai macam informasi. Sebagian informasi mungkin kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan karena didukung bukti-bukti sahih. Namun, sayangnya banyak pula dari pemberitaan yang sampai ke masyarakat, baik melalui media cetak, visual maupun audio, yang disajikan dengan ketergesaan dan mengabaikan pentingnya data dan informasi yang akurat. Berita atau informasi semacam ini disebut 'pascakebenaran' atau post-truth. Frasa post-truth ini awalnya dikenal di ranah politik saat kontes politik memperebutkan kursi parlemen dan/atau tujuan politik lain sehingga istilah ini disebut post-truth politics. Istilah post-truth pertama kali diperkenalkan Steve Tesich, dramawan keturunan Amerika-Serbia. Tesich melalui esainya pada harian The Nation (1992) menunjukkan kerisauannya yang mendalam terhadap perilaku politisi/pemerintah yang menurutnya dengan sengaja terus memainkan opini publik dengan mengesampingkan dan bahkan mendegradasi fakta dan data informasi yang objektif. Tesich mengatakan, ..."following the shameful truth of Watergate, more assuaging coverage of the Iran-Contra scandal and Persian Gulf War demonstrate that "we, as a free people, have freely decided that we want to live in some post-truth world" (Wikipedia). Post-truth umumnya dipakai untuk memengaruhi opini publik, dan informasi nirfakta ini semakin marak seiring dengan tersedianya media komunikasi internet. Ironisnya, kebanyakan masyarakat yang tergolong terpelajar sekalipun sering menelan begitu saja berita/informasi ini sebagai kebenaran. Post-truth sengaja dikembangkan dengan tujuan guna mengolah sentimen masyarakat sehingga bagi yang kurang kritis akan dengan mudah terpengaruh yang diwujudkan dalam bentuk empati dan simpati terhadap agenda politik tertentu yang sedang diskenariokan. Berita/informasi yang disampaikan, meskipun menjanjikan sesuatu yang indah dan menyenangkan, belum dapat dikatakan suatu kebenaran. Sebaliknya, bukan pula sesuatu yang nyata akan terjadi, apabila diungkapkan berupa ancaman atau sesuatu yang dapat menimbulkan keresahan dan ketakutan.

Peristiwa Brexit dan pemilihan Presiden AS terakhir, menurut banyak pengamat, merupakan produk nyata keberhasilan post-truth politics. Ditimbang dari pengaruhnya yang besar pada kehidupan keseharian masyarakat, frasa post-truth ini oleh Oxford Dictionary dinobatkan menjadi The Words of the Year 2016 (Wikipedia). Kondisi semacam ini sebenarnya juga terjadi di Indonesia pada berbagai peristiwa politik, termasuk di instrumen kebijakan pendidikan. Banyak sekali isu yang berkaitan dengan pembangunan pendidikan yang digunakan untuk tujuan politik jangka pendek. Janji sekolah gratis, misalnya, sering dipersepsikan akan dapat menyelesaikan persoalan akses dan mutu pendidikan. Post-truth di kalangan pelajar juga sering menimbulkan perkelahian dan berujung pada perbuatan kriminal yang serius. Apabila keadaan semacam ini terus berlangsung uncheck, polarisasi dalam masyarakat, termasuk pelajar dan mahasiswa, akibat post-truth akan semakin besar, menciptakan kondisi yang tidak produktif, dan akan dapat memengaruhi agenda pembangunan nasional untuk menyejahterakan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan literasi media
Agar siswa kita resisten terhadap pengaruh post-truth, pendidikan perlu menumbuhkan kemampuan berpikir kritis melalui pendidikan literasi media. Literasi media dipahami sebagai kemampuan untuk mendapatkan, melakukan analisis, evaluasi, dan menciptakan media sehingga anak-anak maupun orang dewasa dapat memahami pesan yang kompleks. Lebih jauh, melalui literasi media, murid akan didorong untuk mempertanyakan mengapa dan dari mana sebuah pesan dikirimkan (Kellner.D, at all, 2005). Pemerintah sudah melakukan langkah yang tepat dengan meluncurkan program pendidikan literasi dan karakter. Namun, kualitas konten dan kegiatannya di sekolah/madrasah masih perlu ditingtkan. Selain itu, indikator pemenuhan program harus dirumuskan dengan bahasa yang lebih dipahami dan terukur sehingga ketercapaian kedua program ini dapat dievaluasi dengan tepat sasaran. Pengalaman penulis mengunjungi beberapa sekolah/madrasah di beberapa wilayah menunjukkan betapa pemahaman tentang literasi dan pendidikan karakter cenderung beragam dan superfisial. Pendidikan karakter dan literasi ini, jika dilaksanakan dengan pemahaman yang benar kenapa (why) dan bagaimana (how), dapat membantu membentuk karakter siswa yang kuat dan kritis. Hasilnya, siswa mampu menyaring informasi yang datang dari berbagai sumber pemberitaan dan dapat memanfaatkan bagian pemberitaan yang baik untuk kepentingan positif dan produktif sesuai kapasitas mereka sebagai pelajar. Guna memperkuat program pendidikan karakter dan literasi ini, perlu dipertimbangkan merancang dan mengintegrasikan beberapa kegiatan literasi dan karakter dengan kurikulum formal, terutama pada pembelajaran bahasa dan sastra. Sebaliknya, pembelajaran bahasa dan sastra orientasinya harus dipertajam dan kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara lebih rigor.

Kesepahaman harus dibangun bahwa bahasa diajarkan bukan hanya terbatas pada aspek teknikal kebahasaan, melainkan juga diajarkan dengan tujuan menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, analitik, dan reflektif. Karya-karya sastra klasik, berupa novel-novel perjuangan dan biografi para pejuang bangsa serta sejarah Tanah Air harus diperkenalkan dan didiskusikan secara kritis dengan siswa. Semua bacaan itu tentunya sarat dengan nilai-nilai perjuangan, budaya, dan kemanusian yang dapat membantu upaya pembentukan karakter dan kepribadian siswa yang lebih bertanggung jawab, seiring dengan pemahaman agama yang benar serta cinta Tanah Air. Siswa SMA/MA harus segera diperkenalkan dengan bacaan-bacaan yang bermuatan etika dan filsafat agar mampu berpikir logis, kritis, sekaligus reflektif. Kemampuan berpikir kritis yang dilengkapi karakter yang kuat merupakan amunisi utama yang dapat digunakan untuk menangkis informasi palsu yang bertujuan mengganggu kesatuan bangsa. Apa yang disarankan di sini bukanlah sesuatu yang baru. Sebuah SMA di Sidoarjo, Jatim, sudah menerapkan konsep liberal arts education untuk memperkaya kurikulum nasional, dan siswanya menjelang kelulusan sudah berhasil menyelesaikan bacaan karya sastra berupa novel, dan produk-produk akademik lain. Sementara itu, di Aceh, siswa SMA Sukma Bangsa Lhokseumawe sudah berhasil menerbitkan sebuah buku tentang bagaimana penanganan penyalahgunaan narkoba seharusnya dilakukan. Kedua contoh itu menunjukkan sekolah/madrasah dapat melakukan pembelajaran yang bermakna dan berguna untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab serta melatih siswa menjadi warga negara yang produktif dan dapat berkontribusi bagi masyarakat sekitar. Wallahualam.

Pascakebenaran Riset dan Tata Kelola Komunikasi

 

Pascakebenaran Riset dan Tata Kelola Komunikasi



AT one time we had truth and lies. Now we have truth, lies, and statements that may not be true but we consider too benign to call false. Euphemisms abound. We're "economical with the truth," we "sweeten it," or tell "the truth improved." The term deceive gives way to spin. At worst we admit to "misspeaking," or "exercising poor judgment." Nor do we want to accuse others of lying. We say they're in denial. A liar is "ethically challenged," someone for whom "the truth is temporarily unavailable." (Keyes, 2004).



'POST-TRUTH' atau pascakebenaran merupakan kata yang dinobatkan Oxford Dictionaries sebagai 'Word of the Year' pada 2016 (Higgins, 2016). Pengertian kata ini ialah relating to or denoting circumstances in which objective facts are less influential in shaping public opinion than appeals to emotion and personal belief. Dasar pemilihan kata ini ialah peristiwa 'Brexit referendum' di Inggris dan 'presidential election' di AS. Kedua peristiwa ini melakukan kampanye yang memperlihatkan melemahnya fakta objektif dalam memengaruhi dan membentuk opini publik.



Kampanye lebih memperlihatkan daya tarik emosional dan kepercayaan personal. Kata 'post' bukan berarti 'setelah (after)', melainkan gagasan yang berarti 'tidak relevan (irrelevant)' (Wang, Washington Post, 16 November 2016). Kata 'post-truth' berkembang luas tidak hanya untuk menggambarkan penegasan terhadap hal-hal tertentu, tetapi juga untuk menggambarkan secara umum keadaan pada zaman sekarang. Dengan demikian, post-truth yang dalam ranah politik dikenal dengan post-truth politics kemudian lebih luas dengan konteks 'post-truth era'.



Zaman post-truth merupakan zaman yang mencerminkan keadaan ketika kaburnya batas-batas antara kebenaran dan kebohongan, kejujuran dan kecurangan, fiksi dan nonfiksi (Keyes, 2004). Proses melakukan penipuan terhadap orang lain pada awalnya merupakan tantangan dan permainan, tetapi pada akhirnya menjadi kebiasaan. Istilah post-truth telah digunakan Steve Tesich dalam majalah The Nation pada 1992. Tulisan esai mencoba merefleksikan skandal 'Iran-Contra' dan 'Persian Gulf War'. Tesich meratapi "We, as a free people, have freely decided that we want to live in some post-truth world."



Walaupun demikian, istilah post-truth berbeda dengan keadaan sekarang yang berimplikasi bahwa truth itself has become irrelevant. Post-truth yang dimaksud Tesich 'after the truth was known'. Selanjutnya, muncul buku The Post-truth Era oleh Ralph Keyes pada 2004 dan 2005, Stephen Colbert memopulerkan kata informal itu terkait dengan konsep truthiness. Kata ini didefinisikan Oxford Dictionaries sebagai the quality of seeming or being felt to be true even if not necessarily true. Karena itu, pemahaman post-truth berkembang menjadi karakteristik umum di zaman ini (Oxford University Press, 2016).



Karakteristik post-truth dapat dilihat dari berbagai peristiwa, misalnya ketika toleransi publik terhadap tuduhan yang tidak akurat semakin tinggi. Munculnya penolakan yang langsung dan keras terhadap fakta-fakta yang akurat. Semakin berkurangnya kemarahan publik ketika tokoh publik dan politisi mengklaim untuk tidak percaya terhadap konsensus ilmiah, serta marahnya publik ketika terungkap kebohongan-kebohongan yang dilakukan figur publik dan tokoh panutannya.



Apalagi muncul peristiwa-peristiwa yang memperlihatkan kebohongan menggantikan kebenaran, emosi menggantikan kejujuran, analisis personal menggantikan informasi yang terverifikasi, dan satu opini menggantikan opini ganda (Keyes, 2004). Suatu studi di AS pernah memperlihatkan orang Amerika satu sampai dua kali berbohong sehari (Serota et al, 2010). Dimulai dari mengucapkan 'Saya suka sushi' hingga 'Saya cinta kamu' (Keyes, 2004). Berbohong dilakukan saat berinteraksi dan percakapan (DePaulo, Kashy, Kirkendol, Wyer, & Epstein, 1996). Tidak dapat dimungkiri bahwa berbohong menjadi bagian tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.



Hal itu menyebabkan media di AS perlu menyampaikan kebenaran dalam konteks imparsialitas dan objektivitas (Sambrook, 2012). Namun, kenyataannya, kemunculan China Central Television-CCTV News (China News Agency) dan program Turner Network Television-TNT (Russian TV Channel) untuk memengaruhi khalayak Barat sekaligus melegitimasi institusi Barat seperti struktur pemerintahan, demokrasi, dan HAM seiring dengan menurunkan kepercayaan terhadap media mainstream di AS (Drezner, Washington Post, 16 Juni 2016). Kehadiran media sosial menambah dan memperkaya proses setiap orang dapat memublikasikan apa saja yang mereka inginkan.



Situs berita palsu menjadi jamak dengan berita pabrikasi dan publikasi kebohongan. Media sosial 'dieksploitasi' untuk menyebarkan ketidakbenaran. Keadaan ini seperti pepatah kuno Arab magic turned on magician (Sheik, Aljazeera.com, 2016). Hal ini dilakukan tim sukses Trump dan sayap kanan Anglo-Saxon yang menggunakan media sosial sebagai alat paling efektif untuk mempromosikan program tidak menerima presiden berkulit hitam, ketakutan akan imigran, dan meningkatkan sentimen antiliberal.



Dalam kajian filosofi khususnya epistemologi relativisme, kebenaran dapat bervariasi bergantung pada konteksnya. Sisi relativisme ekstrem berpendapat bahwa kebenaran dapat bervariasi dari setiap orang sehingga tidak ada ruang untuk berdebat. Namun, dari sisi rasionalisme, masih membuka ruang untuk berdiskusi tentang modicum of relativism.



Perdebatan dan pertentangan ini masih dapat terjadi karena Immanuel Kant pernah mengatakan, "We can know a priori of things only what we ourselves our reason put into them" (Pure of Reason Bxiii, dalam Sullivan, 1989).



Apalagi Frederich Nietzshe dianggap menjustifikasi post-truth yang mengatakan deception is rife and should not be categorically rejected (Higgin, Nature.com, 28 November 2016). Kemudian dalam konteks keindonesiaan, perdebatan dan pertentangan dalam wacana post-truth khususnya ilmu komunikasi menjadi penting. Pertama, riset di AS telah menunjukkan orang AS dalam kesehariannya pernah berbohong sehingga dalam teori komunikasi dikenal cognitive dissonance yang memunculkan white lie.



Kedua, aktivitas komunikasi secara realitas dalam politik melahirkan 'pembohongan publik' saat politisi berbohong tanpa kecaman, public relations dan komunikasi korporat melakukan spin doctor, komunikasi pemasaran melakukan deceptive advertising. Sementara itu, media mempertahankan truth vigilante yang populer dengan trial by press; termasuk di kajian budaya dan media yang populer dengan simulacrum dan hyperreal. Ketiga, media sosial yang digunakan di RI sebagai bentuk layanan 'over the top (OTT)' menjadikan segala jenis konten di internet dipertanyakan kredibilitas, objektivitas, integritas, kepercayaan, dan orisinalitasnya, termasuk kehadiran situs-situs dan akun avatar robot yang mem-buzz berita dan pesan bohong atau negatif.



Belum lagi meme yang dianggap mampu memanipulasi konten digital. Oleh karena itu, diperlukan wadah dan wacana untuk mendiskusikan secara akademis dan sainstifik keberadaan post-truth dalam ilmu komunikasi. Saat ini, masih banyak akademisi, ilmuwan, dan filsuf dikejutkan ide post-truth termasuk ketika temuan ilmiah diabaikan pemangku kepentingan dan kekuasaan termasuk profesional dan praktisi. Karena itu, kehadiran post-truth perlu dijadikan sebagai pengingat masyarakat tentang misi sosial ilmu pengetahuan.



Dengan demikian, akademisi, ilmuwan, dan filsuf dapat selalu menegaskan kebajikan dari intelektualitas berdasarkan model: berpikir kritis, rasa ingin tahu yang berkelanjutan, dan merevisi keyakinan berdasarkan pembuktian termasuk pentingnya kejujuran.

Sumber : http://www.mediaindonesia.com/news/r...asi/2017-07-06

Fenomena Politik Post-Truth

 

Fenomena Politik Post-Truth Disinggung Saat Sidang MK, Apa itu?

Ilustrasi Politik Post-Truth(Matatimoer)


Sidang sengketa pemilu yang sedang berlangsung di MK semakin seru untuk disaksikan. Selain mengedukasi masyarakat lebih dalam tentang bagaimana proses demokrasi melalui persidangan, dalam sidang tersebut juga banyak sekali argumen cerdas yang bisa meningkatkan kapasitas berpikir kita sebagai masyarakat.

Salah satu argumen yang disinggung dalam persidangan MK adalah pendapat Yusril mengenai politik post-truth. Kira-kira apa ya maksud dari politik post-truth tersebut?


Yusril Ihza Mahendra (ANTARA FOTO)


Yusril selaku tim kuasa hukum TKN 01 menyindir BPN 02 melalui argumennya tentang politik post-truthyang merupakan suatu penggunaan strategi untuk membangun narasi politik tertentu untuk meraih emosi publik dengan memanfaatkan informasi yang tidak sesuai dengan fakta.

Konsekuensi dari adanya fenomena politik post-truth akan menghasilkan preferensi politik publik lebih didominasi oleh faktor emosional dibandingkan dengan faktor rasional. Untuk lebih jelasnya berikut potongan argumen Yusril saat menjalani sidang sengketa pemilu di MK:

"Tantangan terbesar yang dihadapi proses Pemilu 2019 ini adalah fenomena politik pasca-kebenaran atau post-truth politics yang menguat beberapa tahun terakhir ini. Ciri-ciri post-truth adalah penggunaan strategi untuk membangun narasi politik tertentu untuk meraih emosi publik dengan memanfaatkan informasi yang tidak sesuai dengan fakta yang membuat preferensi politik publik lebih didominasi oleh faktor emosional dibandingkan dengan faktor rasional,"kata Yusril, saat membacakan jawaban atas gugatan Prabowo-Sandi dalam sidang gugatan Pilpres di gedung MK, Jl Medan Merdeka Barat, Selasa (18/6/2019).


Jika diartikan secara mudah, masyarakat melandaskan pilihan politiknya karena faktor emosi saja daripada berpikir secara bijak dan rasional, padahal informasi yang masyarakat terima tidak sesua dengan fakta alias hoaks.


Post-Truth Menurut Ahli

Ilustrasi Politik Post-Truth (Rudi S Kamri)


Professor Ilmu Politik dari University of Sydney, John Keane dalam tulisannya 'Post-truth Politics and Why The Antidote Isn't Simply Fact-checking and Truth' menjelaskan bahwa post-truth atau pascakebenaran tak mudah untuk didefinisikan. Apalagi hanya disederhanakan sebagai lawan dari kebenaran.

Dia memaparkan bahwa post-truthadalah komunikasi yang mencakup kebohongan, di mana pembicara mengatakan hal-hal tentang dirinya sendiri dan dunianya. Padahal, sebetulnya semua itu bertentangan dengan kebenaran yang sudah mereka tahu. Sedangkan kebenaran disimpan dalam benaknya sendiri.

"Ketika seseorang berbohong, mereka dengan sengaja mengatakan hal-hal yang mereka tahu sebetulnya itu tidak benar,"tulis John dalam artikel tersebut.



Politik Post-Truth Pernah Digunakan Donald Trump

Donald Trump (Getty Images)


Sebenarnya post-truthbukan barang baru untuk para politisi agar bisa mendapatkan suara publik. Cara ini memang dirasa cukup efektif untuk menarik simpati pemilihnya.

Salah satu politisi yang sukses memenangkan pemilu dengan menggunakan strategi ini adalah Donald Trump. Trump beberapa kali menyampaikan informasi yang tidak sesuai dengan fakta. Ia sempat mengklaim bahwa di California tak pernah ada kekeringan. Padahal tempat itu pernah dilanda kekeringan. Sedangkan saat pelantikannya, Trump menyebut cuaca sedang cerah karena Tuhan tak membiarkan hujan turun. Padahal saat itu sedang gerimis.
***

Walaupun strategi ini sudah umum digunakan oleh banyak politisi di seluruh dunia, namun bukan berarti politik post-truthmemberikan konsekuensi yang baik bagi kehidupan sosial publik. John Keane menyebut bahwa post-truth bukan sekadar kebohongan untuk hiburan semata. Post-truth, lanjut John, merupakan kediktatoran ilusi. Efeknya bukan saja hanya untuk memenangkan suara elektoral saja, namun buruk untuk segala aspek kehidupan.