Ilustrasi makhluk ganjil (Foto: Freepik)
“Manusia adalah makhluk yang hina dina, anggun sekaligus agung.”
— Budi Darma
Ungkapan tersebut begitu tajam juga
menghunjam kesadaran. Manusia di balik pesona sempurna memiliki cela. Di
hadapan sesama ia berlainan dibanding sendiri. Keramahan yang
ditularkan bisa saja untuk menutupi sisi gelapnya. Bersanggama bisa
menyebabkan kehamilan malah diabaikan. Akhirnya, sewaktu si buah hati
lahir menjadi kebingungan. Sesuatu yang omong kosong sekonyong-konyong
dianggap berisi dan dengan dalih kebenaran orang lain adalah neraka.
Asumsi yang tidak berdasarkan bukti
dapat menjerat orang pada benci. Mata yang bisa saja menipu kemudian
sebagai pemandu. Rumah tangga yang tenang berakhir runyam ketika ada
yang merasa si pasangan kini berbeda. Tidur tidak tenang. Pikiran berisi
kecemasan.
Ada pula orang yang enggan menghadiri
acara terpaksa ke sana, karena sangat mementingkan nama. Jika tercoreng,
maka tamat. Dia berharga sejauh terlihat oleh warga. Obsesi ini lambat
laun menggunung sampai sosok itu tidak memedulikan bahwa hidup yang
sedang dijalani penuh kepalsuan.
Tabik.
Tabik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar